Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) makin perkasa
terhadap rupiah dan sempat menembus Rp 10.000. Sementara hari ini dolar
ditutup Rp 9.855. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab anjloknya nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS?
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus
Martowardojo mengatakan, pelemahan rupiah ini terjadi karena kombinasi
perkembangan kondisi dunia dan di dalam negeri.
"Ada
permasalahan intern (di dalam negeri), yaitu besarnya permintaan di
korporasi (perusahaan) untuk memenuhi kewajiban utang. Juga masih ada
pembahasan APBN-P yang belum final. Namun dengan adanya kemajuan hari
ini, kami meyakini ini membawa kondisi lebih baik. Kalau ada pelemahan
(rupiah) kami yakini itu hanya bersifat sementara," ujar Agus Marto di
Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (12/6/2013).
Jadi saat ini
menurut Agus Marto, kebutuhan dolar AS di dalam negeri juga besar karena
perusahaan-perusahaan swasta harus membayar utang-utangnya dalam bentuk
dolar di pertengahan tahun.
Selain itu, Agus Marto mengatakan,
BI juga telah mengambil tindakan untuk menaikkan suku bunga Fasilitas
Bank Indonesia (Fasbi) sebesar 25 basis poin, dari 4% menjadi 4,25% yang
mulai berlaku hari ini.
Dinaikkannya suku bunga Fasbi ini, ujar
Agus Marto, adalah sebagai sinyal kesiapan BI menyerap likuiditas rupiah
di pasar yang selama ini digunakan untuk membeli valas. "Pada saat ini
kami justru melihat likuiditas rupiah sedang ketat dan kami memberikan
satu sinyal bahwa BI senantiasa akan menjaga likuiditas di pasar tidak
hanya rupiah, tapi juga valas," jelas Agus Marto.
Agus Marto
mengatakan, kondisi tekanan nilai tukar mata uang terhadap dolar AS tak
hanya terjadi di Indonesia, namun juga di regional. "Saya ingin
sampaikan bahwa kalau seandainya ada pergerakan yang cukup besar faktor
daripada perkembangan dunia itu berperan," jelas Agus Marto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar